Nanik S Deyang adalah contoh ideal bagaimana profesi jurnalisme sudah sedemikian terjerumus oleh campur aduk kepentingan bisnis dan politik. Mohon maaf, kami tidak menemukan kata yg lebih santun untuk orang semacam Nanik S Deyang ini. Faktanya dia memang melacurkan profesinya.
Nanik S Deyang adalah wartawan senior yg menjadi CEO dari group Media Peluang. Di Group Media Peluang inilah Budi Purnomo bercokol menjadi direkturnya. Maaf, agak lambat kultwitnya krn @triindonesia lemot sekali. Posting tweet bisa berkali-kali gagal. Kita lanjut!
Jadi jelas bukan hubungan Nanik S Deyang dan Budi Purnomo? Berikut profile linkdln beliau.
Nanik S Deyang belakangan ini sering posting tulisan negatif tentang Jokowi. Mari kita lihat motif dan kita bongkar kebohongan-kebohongannya. Dari profile Budi Purnomo tadi jelas terlihat bahwa dia pernah menjadi timses utk pasangan Jokowi-Ahok.
Selain menjadi direktur group media Peluang, Budi Purnomo juga "nyambi" mengelola Kardjodihardjo Media Center. Kadjodihardjo Media Center adalah bisnis "make up" politik yg dibayar utk kepentingan pilkada atau pilpres. Inilah bisnis utama mereka. Group media "Peluang" adalah sarana untuk mensupport bisnis inti mereka. Dalam pilpres ini Kardjodihardjo Media Center mendapat job memoles kubu prahara dan Budi Purnomo mjd ketua tim media Prabowo-Hatta.
Lalu dimana posisi Nanik S Deyang? Secara formal tidak tertulis, tapi justru disinilah kita akan lihat kelicikan cara-cara mereka. Perhatikanlah fakta berikut ini. Budi Purnomo dulu adalah ketua tim media pemenangan Jokowi-Ahok pada pilkada DKI lalu. Penunjukkan Budi Purnomo sbg tim media Jokowi-Ahok terjadi setelah putaran pertama pilkada DKI. Yang menarik saat itu adalah tulisan2 Nanik S Deyang yg memuja-muji Jokowi. Seringkali dibumbu2i dg pengakuan pribadi yg penuh kebohongan.
Baca Juga :
Traktat Paris, Perjanjian Yang Mengakhiri Perang Amerika-Spanyol Dan Merdekanya Negara Kuba
Sejarah Fasisme Italia Di Bawah Sang Diktator Benito Mussolini
Misteri Teror Penampakan Hantu Nenek Tua Di Sekolah Dasar Malang
Berikut adalah berita tentang penunjukan Budi Purnomo sbg tim media Jokowi-Ahok.
Budi Purnomo Koordinator Tim Media Kampanye Jokowi-BasukiTim Kampanye dan Pemenangan Pemilu Ir. H. Joko Widodo dan Ir. Basuki Tjajaya Purnama MM, memperkuat timnya dengan menunjuk Budi Purnomo Karjodihardjo, sebagai Ketua Tim Komunikasi Media dan Media Center Jokowi-Basuki.
"Penunjukkan ini kami lakukan untuk memudahkan wartawan mendapatkan informasi mengenai berbagai kegiatan yang dilakukan Tim Kampanye Jokowi-Basuki", kata Boy Bernadi Sadikin, Ketua Tim Kampanye dan Pemenangan Pemilu Jokowi-Basuki di Jakarta, Sabtu (21/7/2012).
Dalam surat pemberitahuannya kepada para pemimpin redaksi media massa, Boy juga menyampaikan ucapan terima kasih untuk kerjasama yang sudah terjalin baik dengan media.
"Kami juga mengharapkan dukungan yang lebih baik lagi dalam putaran kedua ini," tambahnya.
Selama ini, Budi Purnomo yang dikenal sangat dekat dengan para wartawan, juga rajin memberikan dukungan dan mempromosikan mobil Esemka, terutama setelah mobil buatan Solo tersebut datang pertama kali di Jakarta.
Budi Purnomo Kardjosihardjo saat ini menjadi Koordinator Save Indonesia (atau Komunitas Ayo Selamatkan Indonesia/KASI). Sebelumnya pernah menjadi wartawan Persda Kelompok Kompas Gramedia dan pernah pemimpin perusahaan sejumlah media massa, antara lain: Uang dan Efek, Investor, Prospektif, tabloid Genie, dan tabloid-tabloid yang bergabung dalam Kelompok Media Peluang.
Hingga saat ini, di dunia komunikasi dan kehumasan, Budi Purnomo masih sering dimintai bantuan konsultasi oleh berbagai perusahaan konsultan public relations terutama bidang penulisan, manajemen krisis, dan manajemen reputasi.
Pada kesempatan tersebut, Budi Purnomo juga menyampaikan terima kasih atas banyaknya tawaran bantuan dari beberapa eksekutif perusahaan konsultan PR yang sudah menghubunginya.
Menurut Budi, timnya juga akan diperkuat oleh tenaga-tenaga profesional dari Arsari Group yang dipimpin oleh praktisi komunikasi senior Ida Sudoyo.
Dan berikut adalah tulisan Nanik S Deyang yg memuja-muji Jokowi setinggi langit.
Dulu sy dikritik habis -habisan dikatakan sebagai wartawan yg tidak obyektif saat saya setiap hari menulis Jokowi di wall saya. Tak hanya itu, saya sampai ditulis oleh sebuah berita Portal yg cukup terkenal dimana waktu itu pemiliknya menjadi PR-nya Foke , bahwa saya adalah seorang wartawan senior yg tdk etis karena menjadi Tim Sukses Jokowi (padahal secara struktural organisai di Tim Sukses Resmi nama saya gak ada).
Sudahlah yg namanya pelecehan seolah saya seorang wartawan yg "dibayar" Jokowi saya terima setiap hari. Bahkan suatu malam saya di Loji Gandrung (di rumah Dinas ) Jokowi, saat curhat alias gendu-gendu rasa , saya sampai nangis sesenggukan luar biasa, dan Jokowi pun sampai ikut meneteskan air matanya. "Mbak Nanik , Gustiallah mboten sare (red: GustiAllah tidak tidur). Yg tau apa yang Mbak Nanik dan Mas Budi lakukan hanya saya, dan Devid serta Anggo (dua ajudan Jokowi). Di luar dua ajudan Pak Jokowi tersebut sebetulnya yg tau sebenarnya apa yg saya lakukan adalah Mbak Linda Djalil dan Mas Susetyo Lit.
Mereka sangat tau bagaimana saya punya keinginan yg besar bahwa keadaan harus berubah, bahwa saya sudah muak dengan keadaan, bahkan saya sudah capai melihat kemiskinan dan kebobrokan moral para aparat. sebagai Walikota mendorong langsung Jokowi menjadi Presiden tentu itu sama dengan pungguk merindukan bulan. Sehingga saya dan sahabat saya Budi Purnomo Karjodihardjo berfikir , apa salahnya dia dicoba menjadi Gubernur DKI.
Waduh saat pertama menyebut nama Jokowi untuk saya presentasikan pada tokoh , dan teman-teman pengusaha , yg ada saya dihina-hina, sampai ada yg bilang mau keramas air got, kalau Jokowi jadi Gubernur. Selain saya dan Budi, ada juga kawan-kawan lain yg "gila" seperti kami , yaitu Prof Hamdi Muluk dokter Adrinof Chaniago, dan anak muda lulusan luar negeri yg menurut sy hebat banget yg bernama Hasan.
Yg paling berat saat awal membawa Jokowi ke Jakarta adalah meyakinkan Jokowi sendiri bahwa dia mampu. Jokowi selalu bimbang, takut , bahkan gak yakin. Belum lagi di PDIP Jokowi belum begitu "dikenal", restu dari Bu mega pun hanya 80 %. Di sinilah yg banyak orang lupa, Prabowolah yg jadi penentu "iya"-nya Bu Mega. Kalau malam itu Prabowo tdk mati-matian mendesak Bu Mega, hari ini kita gak akan lihat Jokowi jadi Gubernur.....(jadi sy ikut sedih waktu Prabowo dikatakan sbg penumpang gelap ), bagaimana pun ia ikut andil Jokowi menjadi Gubernur DKI. Kwalat kita kalau mengingkari itu!! ... waduh bisa dua buku kalau diceritakan awal2 berjuang untuk Jokowi, intinya yg ingin saya sampaikan siang ini adalah, APA YG SAYA LAKUKAN TIDAK SALAH. Itu juga yg saya sampaikan pada manajemen perusahaan saya, ketika saya "membobol" duit buat memenuhi hasrat saya dan Budi mengusung Jokowi. Untunglah saya dan Budi sbg pemegang saham , mungkin kalau tdk menjadi pemegang saham, saya dan Budi sudah masuk penajara karena menggunakan dana perusahaan dan gak bisa dipertangungjawabkan. Saya bilang ke manajemen , saya bertanggungjawab, dan saya minta sekian tahun saya dan Budi tdk menerima deviden.
Oh dulu pernah ada yg menulis di wall saya, seoarang wartawan yg juga suaminya wartawan, bahwa orang-orang semacam saya itu berjuang motivasinya adalah untuk mendapat proyek dan bayaran, atau jabatan. Jadi lewat tulisan ini pula saya ingin sampaikan kepada siapa saja utk menanyakan langsung pada Jokowi atau Pemda DKI, apakah ada proyek untuk Nanik S Deyang, atau ada pembayaran , atau jabatan . Yg ada saya bahagia luar biasa setiap kali menbaca media bahwa Jokowi ratingnya makin tak terbendung, saya bahagia lihat Jokowi wira-wiri di media, padahal dulu untuk meliput Jokowi kami harus mengemis-ngemis, yg ada sy sangat bahagia karena sampai hari ini saya masih bisa guyonan denga Jokowi sebagai sahabat. Dan tentu banyak kebahagian sy yg tdk bisa saya tulis, karena memang tidak bisa diucapkan atau ditulis.
Setelah "ikut" mengantar Jokowi menjadi pemimpin yg memenuhi haus dahaga rakyat akan sosok pemimpin, saya belakangan terpanggil membantu meluruskan hal-hal miring (yg saya tahu persis tdk seperti itu) terhadap sahabat saya DAHLAN ISKAN. 23 tahun saya mengenal dan bersahabat dengan Dahlan. Seperti Jokowi, Dahlan adalah sedikit dari anak bangsa ini yg punya "hati" pada rakyat. Layaknya wartawan, Dahlan hidup "apa adanya" (tapi selalu disebut pencitraan), dan sebagai pejabat ia terbilang lurus, pintar dan pekerja keras luar biasa, dan punya komitmen tinggi akan masa depan bangsa ini. Tapi ketika dunia maya mengadili dengan sepihak termasuk media , saya JUJUR terpanggil MEMBELA. Mengapa terpanggil, saya khawatir orang-orang yg jumlahnya di Indonesia tinggal beberapa manusia ini (yg memenuhi syarat sebagai pejabat, dan bisa berbuat untuk rakyat), akan lenyap dan hancur oleh provokasi , fitnah dan berita-berita yang di setting oleh orang-orang bejat tapi bernafsu menjadi pemimpin.
Bahwa Dahlan masih ada salah dan kekuarangannya, tentu itu wajar, karena dia manusia, dan mari kita memberi masukan dan mengkritiknya kalau dia salah. Tapi bahwa Dahlan banyak berbuat atau bahkan lebih dari pejabat lain, itu mustinya kalau kita mau jujur dengan hati kita, seharusnya kita mengakuinya.
Sayangnya sikap Dahlan sebagai orang jAwa Timur dan juga wartawan, kadang membuatnya terkesan KADI (karepnya sendiri) dan pecicilan serta arogan. Meski itu hanya sebaga "style" ternyata orang lebih senang mengadili dari "style"nya tersebut, sehingga kadang karya besar atau hasil kerja kerasnya tertutup oleh "style"nya itu.
Dan belakangan hal ini saya diskusikan serius dengan beliau ."Pak, kita ini masih berhadapan dengan masyarakat yg punya madzab bahwa pejabat itu harus santun, berwibawa dan semuanya serba tertata," ..berkali-kali saya minta agar dia sedikit bertingkah " kalem", spy orang melihat kinerja dan kecerdasannya sebagai pejabat. Tadinya sangat berat dia menerima pendapat saya, tapi setelah saya katakan, bahwa itulah bagian dari "pengorbanan" agar dia bisa bekerja lebih tenang , dan tidak terus-menerus dihantam orang yg tdk suka, maka beliau paham.
Saya yakin , apa yg saya lakukan terhadap Dahlan Iskan , membantu meluruskan dan mensosialisasikan kerjanya yg kadang tdk dilihat orang atau media, akan membuat saya lagi-lagi akan dihakimi orang sebagai wartawan yg tdk independen, atau bahkan sudah ada yg menyebut saya sebagai PR Dahlan Iskan, tapi Insyallah saya tidak PEDULI. setelah melewatai masa dihantam kanan-kiri saat mensosialisasikan Jokowi, sekarang rasanya saya lebih EGP. Apapaun yg kita kerjakan hasilnya bisa hari ini, lusa, atau bahkan beberapa tahun lagi . Tapi yg penting saya sudah menyampaikan menurut keyakinan hati saya benar dan baik.
Saya hanya ingin ada perubahan, ada harapan , dan dari sekian orang saya baru melihat Jokowi, Dahlan Iskan dan mungkin Prabowo (karena sy gak begitu mengenal sebagai sahabat dan dia belum pernah jadi pejabat yg melakukan sesuatu, sehingga saya belum melihat kerja nyatanya, tapi Prabowo termasuk sosok yg punya idealisme bangsa ini maju dan besar). Maaf kalau pandangan saya salah...tapi inilah keyakinan saya, dan saya siap dihujat seperti saat saya setiap hari menulis kebaikkan Jokowi utk menjadi Gubernur DKI saat itu.
Lalu apa harapan saya terhadap mereka, jadi presidenkah? saya menyerahkan pada masyrakat, saya hanya ingin terus menyuarakan dan mensosialisasikan, orang yg dalam keyakinan saya masih layak dan baik untuk membawa bangsa ini maju , dan tidak terpuruk seperti sekrang ini!
Sebagai jurnalis senior harus diakui Nanik S Deyang pandai merangkai kata2. Namun jika dicermati secara kritis tulisannya banyak kebohongan. Dengan gaya bahasanya yg lebay Nanik mengaku-ngaku bagaimana dia menjadi orang yg berjasa dibalik pencalonan Jokowi sbg cagub DKI saat itu. Bahkan sampai mengaku-ngaku membobol uang perusahaan demi membantu pencalonan Jokowi.
Coba dicermati, tulisan Nanik S Deyang itu dibuat sebelum penunjukkan Budi Purnomo sebagai tim media Jokowi-Ahok. Dan jurus "klaim jasanya" rupanya mendapatkan hasil dengan ditunjuknya Budi Purnomo sebagai tim media Jokowi-Ahok. Yang lupa dibuat oleh Nanik S Deyang adalah tulisan berapa Kardjodihardjo Media Center dibayar untuk jasanya sebagai timses Jokowi-Ahok. Dan Nanik S Deyang juga lupa membuat tulisan bagaimana Kardjodihardjo Media Center ikut terkenal akibat mjd timses Jokowi-Ahok.
Nah, setelah duet Jokowi-Ahok menang Nanik S Deyang rupanya ingin menyempurnakan kisah karangan sebelumnya sebagai "pengusung awal" Jokowi. Maka melalui salah satu medianya, "Tabloid The Politic" Nanik S Deyang mulai mewacanakan pencapresan Jokowi. Perhatikan secara seksama tanggal beritanya 10 Desember 2012. Ingat baik-baik pada tanggal tersebut dia sudah mewacanakan pencapresan Jokowi. Namun rupanya Jokowi tidak menggubris upaya jilat menjilat dari Nanik S Deyang and the gang ini. Gak mikiir.. Gak mikiiir..
Tentu Nanik S Deyang berharap "sahabatnya" Budi Purnomo kembali ditunjuk sebagai tim media jika Jokowi nyapres. Tapi kok gak mikiiir terus? Penantian terhadap Jokowi rupanya ada batasnya. Kepentingan bisnis lebih penting dibanding seorang Jokowi. Sampailah saatnya dimana mereka harus memilih, tetap mendukung Jokowi yg "gak mikiiir" atau menerima job yg lebih pasti. Dan rupanya kepentingan bisnis mereka lebih penting. Atau memang sejak awal semua ini tentang bisnis?
Mantan Timses Jokowi Jadi Tim Pemenangan Prabowo.
Mantan Timses Jokowi Jadi Tim Pemenang PrabowoKetua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto menunjuk mantan koordinator Media Center tim kampanye Jokowi-Basuki di Pilkada DKI Jakarta lalu yakni Budi Purnomo Karjodihardjo sebagai Koordinator Media Center Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Prabowo mengatakan, penunjukkan koordinator media center tersebut dimaksudkan untuk memudahkan komunikasi antara media dengan dirinya. "Dengan kehadiran mas Budi ini kami mengharapkan hubungan antara media dengan kami akan menjadi lebih baik lagi," ujarnya di Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Calon Presiden dari Partai Gerindra itu mengatakan, peranan media sangat penting untuk mengkomunikasikan visi dan misi serta program-program yang sudah berjalan maupun yang direncanakan. "Kami sangat menyadari betul hal tersebut, oleh sebab itu kehadiran Media Center ini akan sangat membantu," katanya.
Prabowo menambahkan, dirinya mengenal baik Budi Purnomo ketika sama-sama membantu kampanye Cagub/Cawagub Jokowi-Basuki. "Saya kenal baik, beliau berprestasi pada saat kampanye Jokowi-Basuki, dan saya juga mendukung all out pada waktu," katanya lagi.
Sementara itu Budi Purnomo Karjodihardjo menyambut baik kepercayaan yang diberikan oleh Prabowo Subianto. Budi menilai, Prabowo memiliki potensi yang sangat baik untuk menjadi pemimpin besar untuk Republik Indonesia (RI).
"Sikap pak Prabowo yang tegas terhadap apapun, anti korupsi, jiwa sosialnya yang sangat tinggi, serta konsep ekonominya yang sangat jelas untuk memakmurkan rakyat, sangat penting untuk dikomunikasikan kepada publik," tandasnya.
Budi Purnomo juga meminta dukungan kepada para jurnalis agar dirinya bisa menjalankan tugas dengan baik. Budi Purnomo Karjodihardjo, wartawan senior dan pendiri Kelompok Media Peluang (KMP) adalah mantan Koordinator Media Center Tim Kampanye Jokowi-Basuki dalam Pilkada DKI Jakarta lalu.
Sekali lagi nama Nanik S Deyang memang tidak tercantum secara resmi . Tapi lihatlah perubahan tulisan-tulisannya sejak tanggal tersebut! Ini tulisannya yg menarik perhatian kami. Dimana dia menyebutkan Jokowi sudah ambisi nyapres sejak Maret 2013. Perhatikan baik=baik bagaimana dengan begitu meyakinkan dia menulis sejak Maret 2013 Jokowi sudah ambisi nyapres.
Dan seperti biasa demi meyakinkan pembacanya dia seret2 nama orang lain. Kali ini dia nyatut nama Dahlan Iskan. Bagi orang yg kritis tentu akan menanyakan bukti yg katanya "dicari" DI itu. Bukti yg tak pernah ada.
Sekarang kita lihat kebohongan gerombolan Nanik S Deyang ini. Dia katakan sejak Maret 2013 Jokowi sudah ambisi nyapres. Padahal dari bukti yang kami beri sebelumnya media milik Nanik S Deyang dan Budi Purnomo sudah mewacanakan pencapresan Jokowi sejak 19 Des 2012! Dari sini kita bisa menilai bukan, apa yang terjadi sesungguhnya. Jokowi yang ambisi atau hasrat gerombolan Nanik S Deyang yg tak tercapai?
Fakta berbicara, sejak Kardjodihardjo Media Center dapat Job sebagai bagian utama tim pemenangan Prabowo, tulisan Nanik berubah 180 derajat!
Dari yg awalnya menjilat-jilat Jokowi menjadi mencaci maki Jokowi. Bahkan dg kata2 yg tidak pantas disebut seorang wanita.
Apakah Nanik S Deyang seorang pendukung Jokowi? Bukan, dia hanya seorang pelacur media! Dialah aib dunia jurnalisme kita!
Bagi gerombolan Nanik S Deyang ini demokrasi adalah peluang bisnis. Oleh karenanya harus disikapi secara bisnis. Tak ada idealisme!
Bagi gerombolan Nanik S Deyang ini media tak lebih sekedar alat pendukung untuk jualan utamanya sebagai "konsultan politik".
Menakjubkan, sebagai pelacur media Nanik S Deyang bisa2nya mengkritik media lainnya. Betapa munafiknya orang ini! Dengan semua fakta tersebut masih percaya apa yang dituliskan oleh Nanik S Deyang adalah kejujuran? Bagi Nanik S Deyang pemilihan calon pemimpin negeri ini tak lebih dari komoditas bisnis belaka. Jangan bilang dia dukung Prabowo karena idealisme, tapi tanyakan berapa share keuntungan yg dinikmatinya dari Kardjodihardjo Media Center. Nanik S Deyang memang tidak tercatat secara resmi sbg Timses Prabowo, tapi tanyakan berapa Milyar dia dapat share dari Budi Purnomo?
Dan demi keuntungan bisnis dia ikhlas sebarkan kebohongan dan fitnah dibalut kemampuannya menyusun kata-kata. Nanik S Deyang adalah contoh ideal jurnalis pelacur. Dia jual kehormatan profesinya demi setumpuk uang! Nanik S Deyang bukanlah pendukung Jokowi dan juga bukan pendukung Prabowo. Dia hanya pendukung uang!
Sekian kultwit kami. Semoga mencerahkan dan menambah wawasan kita semua. Terimakasih
Sumber : @partaisocmed
0 Response to "Siapakah Nanik S Deyang?"